(penulis)
keterangan :
merah = Rui
Biru = Soja
Hufftttt…. (memeluk dirinya sendiri)
Dingin? Tarik saja sweater kepanjanganmu itu,
biar tanganmu sedikit hangat.
Terimakasih… Rui, bagaimana jika kita duduk
dulu batu itu?
Let’s go!
Ru, aku pikir dingin membawaku pada ketenangan
jiwa ini
Karena?
Karena bagiku dingin membawakan ketenangan di
setiap penjurunya. Semua orang hanya menikmati rasanya. Mereka merasa enggan
melakukan aktivitas seperti biasa. Hening jadinya alam ini. Keributan hilang.
Dan aku, aku bisa menikmati nyanyian alam yang tak terusik dengan ocehan orang.
Aku merasa sedang mempersiapkan diri saja, untuk masa depanku di negara yang
yang bermusim empat. Ketika musim dingin datang, aku ingin mengenakan mantel
tebal, sepatu boot hangat, syal. Hhhmmm…
Untuk apa kepergianmu kesana? Sekolah? Bekerja?
Atau sekedar jalan-jalan?
Entah, terpenting aku ingin merasakan musim
dingin dan menjadi seperti apa yang aku ceritakan tadi.
Di tempat kita berdiri, desa yang tertimbun
material gunung setinggi tujuh meter ini juga seperti musim dingin rasanya.
Kenapa harus jauh-jauh pergi kesana?
Ru, apa iya aku harus setiap hari kesini?
Apalagi mencapai sini membutuhkan biaya cukup tinggi, jika tujuh hari saja
bolak-balik kesini, berapa juta Rui? Dan aku ke kota ini pun hanya untuk
beberapa hari.
Kau akan segera pulang?
Iya, besok pagi.
Hening, beberapa waktu setelah
pernyataan Soja akan pulang mulut meraka satu sama lain seperti terkunci dan
hati sedang meratapi dan menikmati keadaan yang ada.
6 menit kemudian…
Aku ijinkan. Asalkan kau tidak menetap di
negara manapun yang kau kunjungi nanti.
Loh, kenapa begitu? Pergi kesana Rui, Cuma
perlu satu waktu, seterusnya aku bisa menikmatnya semauku.
Karena aku.
Kau ini Rui, ayolah. Jangan berlagak seperti
presiden di pemerintahanku.
Iya, aku bukan presidennya.
Bagus, sekarang kau mengerti. Aku pikir kau
koruptornya. Hahaha…. (tersenyum cengengesan)
Lihat Soja!
Soja menatap muka Rui dan mata yang
menggambarkan tali yang enggan melepas. Soja dan Rui saling menatap
Bukan Aku.
Biar, kamu itu terlihat Rui. Mari kita lepas tali
itu perlahan, biar semua ikhlas, dan keikhlasan itu akan membawaku ke dalam
ketenangan kemanapun aku mau menjemput dingin.
Sudah Soja, aku tidak suka ditatap, apalagi
dibaca keadaan. (muka Rui berpaling dari Soja)
Aku juga, tidak suka ditatap, tapi suka
menatap. (Soja ikut berpaling)
Soja, lihat itu, gunungnya tertutup kabut.
Iyakah, apa dibalik kabut itu ada gunung?
Alam ini penuh rahasia yang masih tertutup,
seperti manusianya. Gunung dan lembahnya
indah sekali. Tidak tahu mengapa ya? Bulan-bulan ini negara kita dilanda
musim kemarau kepanjangan. Namun, hari ini saja mendung dan sedikit gerimis,
pas, waktu kita datang ke tempat yang seharusnya terlihat indah.
Aku kira tempat ini hanya tempat kosong yang
dingin, ditemani rumput-rumput hijau tinggi dan kabut-kabut ini. Ternyata,
dibaliknya ada sebuah karya Tuhan yang hari ini, hari terakhirku di kota ini,
tidak aku bisa nikmati. Aku tak mengerti.
Kalau kamu tidak percaya, mari kita kesana.
Rui berlari
meninggalkan Soja, kemudian adik kelasnya itu ikut mengejar.
TUNGGU RUI, INI GUNUNG TERTUTUP AWAN! (Teriak
Soja)
BUKAN!GUNUNG TERTUTUP KABUT!
AWAN!
KKKKAAAABBBUUUTTT!!!
AAAAAWWWAAAAAANNNN!!!
MARI KITA KE PANTAI SAJA!
KAU MENANTANG AKU RUI? TAPI AKU TIDAK TAKUT!
Merekapun
berlari semakin jauh, jauh, dan jauh. Berbaur bersama kabut atau awan yang
mereka perdebatkan tadi.
Komentar
Posting Komentar